Egois!

Ah taik !
Anjing !
Mungkin juga jancok ! (yang aku sendiri tak tau apa itu artinya)
Persetan dengan semua ini …
Hampir saja kata-kata itu tersebar lewat sms buat A.2, karna aku kecewa tiada seorang yang mendapat arisan kali ini.

Nantikan cerpen ‘Egois’. Bisa dibaca di akun facebook Royhan Rikza/ www.cakroy.blogspot.com
Begitulah aku ketik dengan jempol tangan kananku sms tersebut pada hari senin 19 Maret 2012. Kukirimkan sms itu kepada teman-teman kelas PKPBA A.2. Spontan saja sms tersebut mendapat tanggapan. Tentu tanggapan itu akibat dari kata-kata yang –menurut kebanyakan orang— dianggap tak beretika. “Mulutnya tuh disekolahin”, salah satu tanggapan yang muncul di layar HPku. Ada yang bersikap adem ayem sembari menanyakan latar belakang adanya sms tersebut. Yang terakhir ini, mungkin ingin memahami sedikit banyak tentang hadirnya sms yang masuk di HPnya itu.
Balasan sms lainnya ada yang menyuruhku agar tak mengsmsinya lagi jika ada kata-kata yang kotor. Semua sms balasan kutampung dalam HP yang tentunya setelah smsku masuk terlebih dahulu di HP teman-temanku.
Mulanya, aku mendapat informasi bahwa tidak ada yang mendapat uang kocokan arisan yang dibagikan pada hari Senin 19 Maret. Saat itu, aku baru bangun tidur dengan setengah sadar dan masih terbayang-bayang mimpi. Tanpa pandang bulu, sms yang kubuka langsung kutanggapi dengan emosi yang tiba-tiba saja memuncak. Entah karna apa, tiba-tiba saja aku ingin mengetikkan sebagaimana yang tertulis di bagian atas.
Sehari sebelumnya, aku memang mengkhatamkan sebuah novel Ayu Utami berjudul Kisah Cinta Enrico yang bertemakan “Kebebasan”. Barang kali, salah satu faktor munculnya sms tersebut adalah pengaruh bacaan dari novelku itu. Bagi yang masih alam pikirnya masih belum terbuka dan cenderung memakai kearifan batin yang masih tertutup dengan fenomena nyata, tentu kata-kata di atas sangatlah  tak patut untuk diucapkan seseorang, utamanya yang agamis. Itu masih mungkin, tapi kebanyakan akan menilai kata-kata tersebut tak pantas diucapkan.
Diakui atau tidak, indikasi keegoisan dalam kata-kata tersebut sangatlah nampak. Tapi bukan tak beralasan selain karna pengaruh bacaan. Tekanan batin yang mendorong untuk memuncakkan emosi, dapat pula menjadi penyebab hadirnya rangkaian sms tersebut. Mungkin ini akan dikatakan egoisme, jika tak mau dikatakan sebagai penjustifikasian terhadap apa yang telah ‘difatwakan’.
Ini hanya tulisan yang sengaja kuungkapkan dengan emosi yang sangat tinggi. Kegeramanku kepada teman-teman yang tak mau berpayah-payah, menurutku, membuatku naik darah. Andai saja seluruh temanku adalah lelaki yang jantan, kupastikan akan kumaki-maki dia dengan kata: “Anjing Lue!”. Jika kemudian tidak terima, maka akan terjadi perkelahian antar teman. Itu mungkin yang kuharapkan biar sama-sama menunjukkan kejantanan lelaki! Aku muak dengan semua ini!
Terlalu egois, memang, tapi kapan lagi aku dapat mengungkapkan tulisan dengan berapi-api yang membara di dalam dada seperti saat aku mengetikkan semua ini. Ini hanya satu catatan yang berhasil dituangkan. Jika saja semua –sepertinya tak mungkin dapat dituliskan semua— bara api kejengkelanku tertuang dalam catatan seperti ini, pembaca, teman-temanku, keluargaku, pejabat dan lain sebagainya akan mencoba menggambarkan pula rasa jengkel yang sama. Tapi hanya sebagian orang saja yang mau menuliskan apa yang dirasakan pahit oleh seseorang. Selebihnya, alangkah baiknya jika itu dapat dikubur dalam dada. Tentu sangat menyakitkan.
Tapi inilah manusia yang akan selalu berpura-pura, berubah dan mengalami sakit jiwa dadakan. Sebab manusia memiliki hati tak menentu dan tak pasti. Bukan berarti ini sudah paten. Manusia masih memiliki niat atau kemauan kuat. Semoga saja ini ditulis kala sakit jiwa itu datang dan ada niat baik untuk berubah. Wallahul Hadi. [roy]

Belum ada Komentar untuk "Egois!"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel