Pembentukan Pengurus IMAS Malang

Mendadak tanpa ada konsep matang dalam pembentukan pengurus Ikatan Mahasiswa Alumni Sidogiri (IMAS) cabang Malang yang dilaksanakan tadi malam (Senin 16 April 2012). Mulanya aku hanya iseng-iseng ngobrol dengan Muhyiddin saat dia datang ke kosku untuk mengambil bajunya yang ketinggalan. “Ayo malam ini rapat pembentukan pengurus IMAS Malang!”, kataku pada Muhyiddin yang direspon dengan baik dan menyetujuinya.

Akhirnya setelah isya’ aku berangkat ke kamar nomor 29 asrama Ibnu Kholdun di UIN Maliki Malang, setelah sebelumnya kukirimkan sms kepada beberapa mahasiswa alumni Sidogiri yang kebetulan juga kuliah di UIN, tentang rapat kali ini. Berulang kali gagal dilaksanakan, kali ini memang harus ‘dipaksa’ untuk membentuk pengurus. Beberapa waktu lalu sempat akan diadakan pembentukan pengurus mulai dari ketua, wakil ketua, sekretaris, bendahara dan jajaran pengurus lainnya serta devisi-devisi, dan juga rapat tentang nasib IMAS masa yang akan datang, namun gagal dilaksanakan.

Meskipun hanya dihadiri enam orang termasuk aku sendiri, akhirnya pemilihan secara aklamasi terjadi begitu saja. Aku, M. Roihan Rikza, terpilih sebagai ketua IMAS cabang Malang. Mahin Mufti sebagai wakil. Muhyiddin sebagai sekretaris. Ketiga nama yang disebutkan adalah mahasiswa UIN. Ada Rifqi asal Probolinggo yang terpilih sebagai wakil sekretaris. Dia kuliah di Universitas Negeri Malang yang lebih dikenal dengan singkatan UM. Bendahara pada kepengurusan kali ini diserahkan kepada Andik yang kuliah di Universitas Islam Malang (UNISMA). Fawaid (UIN) sebagai wakil bendaharanya.
Tidak hanya berhenti pada struktur itu saja. dibawah jabatan yang telah disebutkan di atas terdapat tiga devisi yang tentunya bertujuan untuk menggali dan mewadahi potensi teman-teman alumni yang selebihnya akan dijadikan sebagai salah satu bagian kegiatan rutinan. Ada tiga devisi yang disepakati dan dibentuk pada kepengurusan dadakan kali ini.

Pertama,Devisi Ubudiyah yang diketuai oleh Lukman Hakim (UIN) merupakan devisi yang mengkordinir jalannya kegiatan yang berkaitan dengan tahlil, shalawatan dan berbagai macam kegiatan peribadahan lainnya. Sengaja dibentuk dengan devisi Ubudiyah karna ingin mengembalikan ruh pesantren yang juga terdapat bagian khusus yang menangani kegiatan peribadahan mulai dari shalat berjama’ah di masjid, pembacaan burdah keliling dan yang dilakukan perdaerah tiap malam, pembacaan tahlil malam Jum’at atau sewaktu-waktu ada peringatan haul dan kematian seseorang, dan pembacaan shalawat Nabi baik itu diba’iyah, barjanji atau simtud durar.

Kedua, Devisi Ta’limiyah yang diantara kegiatannya adalah pengajian kitab kuning dan musyawarah (diskusi) diketuai oleh Lutvi (UIN). Sama halnya dengan devisi Ubudiyah, pengambilan nama devisi Ta’limiyah juga menjiplak dari nama lembaga khusus di pesantren yang menangani jalannya penambahan ilmu, pengembangan wawasan  dari khazanah kitab-kitab klasik dan juga pengajian al-Qur’an yang tentunya melibatkan guru-guru senior yang memumpuni dimasing-masing bidang.

Kedua devisi di atas memiliki harapan besar akan adanya muhafadzoh terhadap tradisi lama yang baik demi melestarikannya agar tetap eksis. Sedangkan untuk yang terakhir (ketiga) adalah Devisi Bisnis yang secara kelembagaan dalam pesantren tidak diikutsertakan. Inilah yang kemudian disepakati sebagai akhdu bil jadid yang baik agar persaingan dan tuntutan zaman tidak dihiraukan dan dianggap silau. Di devisi ini sengaja Zainuddin yang dulunya adalah santri LPPS asal Jeruk dipilih sebagai ketuanya. Sebab, selain menempuh jurusan Ekonomi Syari’ah, Udin (panggilan akrabnya) juga telah bergelut di dunia bisinis, yaitu perdagangan pulsa. Tentunya dia memiliki wawasan lebih dalam masalah perekonomian wa akhwatuha.

Demikian susunan kepengurusan yang telah dibentuk. Selanjutnya, ada anggota IMAS yang nama-namanya tidak disebutkan di atas. Mereka ada yang kuiah di UIN, UNISMA, dan UM. Sebenarnya ada juga yang kuliah di luar tiga kampus yang telah disebutkan. Salah satu diantaranya adalah Saiful yang di pondok pesantren dia lebih akrab dengan sebutan Yek Sipul. Dulunya dialah yang mencoba menghidupkan nilai-nilai pesantren bersama Tamimullah, Dayat dan Ulil. Namun, dengan berlalunya waktu, estafet tak berjalan mulus hingga terjadilah masa terputusnya regenerasi IMAS di Malang.

Kini, angkatan 2009, 2010 dan 2011 mencoba menghidupkan kembali IMAS Malang setelah sebagian diantaranya telah mengikuti konsolidasi IMAS yang dilaksanakan awal bulan Januari 2012 di Bangkalan. Saat konsolidasi dihadiri beberapa perwakilan dari Surabaya, Pasuruan, Jember, Banyuwangi, Malang. Teman-teman alumni dari Bangkalan mendominasi forum saat itu.

Meskipun ini hanya catatan pribadi, semoga dapat menjadi catatan awal dalam perjalanan IMAS Malang ke depan. Sebagai pelaku sejarah, sangat disayangkan jika tidak ada peninggalan sejarah dalam bentuk tulisan yang selanjutnya akan dijadikan bahan referensi oleh generasi berikutnya. Memang, ini sangat berkaitan erat dengan idealisme pribadi masing-masing anggota, tapi apakah hanya akan menjadi sejarah di atas hembusan angin?

Penulis yakin bahwa perubahan zaman akan mendesak santri-santri untuk turut bermain di dunia perkuliahan. Tidak bermaksud untuk memprovokasi para teman-teman santri, tapi sejarahlah yang kemudian hari akan menjawab semua ini. Semoga ini menjadi langkah awal untuk IMAS Malang. Harapan besar dari teman-teman IMAS adalah ridho masyayikh. Semoga tetap berusaha untuk menjadi santri haqiqi. Wallahul Musta’an. [roy]

M. Roihan Rikza, selesai diketik dan diedit pada hari Jum’at 20 April 2012. Pukul 07.40

Belum ada Komentar untuk "Pembentukan Pengurus IMAS Malang"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel