Tuhan, Aku Ingin Bercerita 2#

Semakin sulit saja mempercayai manusia. Ketika aku katakan “tolong jaga ini. ini adalah amanat”, “ini rahasia kita lho. Jangan sampai orang lain tau ya…”, “tolong sampaikan padanya, aku ada perlu dengannya”, dan masih banyak amanat-amanat lain yang pernah kualami, tapi hanya segelintir saja yang dapat menjalankan amanat. Entah, apa yang menjadikan amanat itu tak diindahkan. Apakah ada anggapan bahwa hanya karna sama-sama manusia? Entahlah.


Aku sering mendapat amanat dari rekan-rekan sebaya maupun seangkatan di kampus. Aku berusaha semaksimal mungkin untuk menjalankan amanat dari siapapun, terlebih lagi jika datang dari orang yang lebih kepercayai dan kuhormati. Guru misalnya. Jika ternyata di lain waktu aku gagal menjalankan amanat, bukan berarti aku menghindar. Bisa jadi aku lupa dengan amanat itu. Ya, bisa jadi. Maklum, manusia. Tempat salah dan lupa. Seorang Halim, teman kelasku sejurusan di fakultas Humaniora dan Budaya, pernah berkata: ‘dinamakan insan, sebab manusia memiliki sifat nisyan (pelupa).
Aku jadi ragu-ragu untuk beramanat pada orang lain. Perasaan tak percayaku semakin membabi buta. Jika terus menerus seperti ini, bisa gila diriku ini. seolah dunia ini ingin aku kuasai sendiri. Oh… manusia.
Okelah… sepertinya aku lebih percaya pada Tuhanku. Sebab, aku sering ‘memberi amanat’ dan pasti dijalankan dengan sempurna. Kalaupun tak dijalankan, Tuhanku lebih tahu dengan amanat yang baik dan buruk. Hal ini memang benar-benar terjadi padaku. Saat itu aku ‘memberi amanat’ agar aku dapat duduk bersama di pelaminan dengan seorang yang amat kucintai. Eh, bukannya bisa duduk, tapi malah memutuskan tali cintaku. Perempuan yang kucintai itu ternyata sudah duduk dengan laki-laki lain dipelaminan. Hancur hatiku.
Apakah kemudian aku menyalahkan dan menuntut Tuhan? Tidak. Aku tidak menyalahkan dan menuntut Tuhan. Tuhanku Maha Adil kok. Tapi aku bertanya pada Tuhanku: “Mengapa Kau singkirkan cintaku, wahai Tuhanku…?” Tapi tak ada jawaban langsung dari Tuhanku seperti dalam film nabi Musa; tatkala nabi Musa bertanya, Tuhan langsung menjawab dari langit. Ya, kuakui memang, aku manusia biasa. Tak ada kelebihan apapun. Aku hanya mampu berusaha dan Tuhanlah yang menentukan semua apa yang akan kujalani.
Di lain waktu, jawaban yang amat membuat diriku bahagia datang dari seoramg teman sekolah Tsanawiyah yang kebetulan bertemu dalam satu kesempatan. Kukisahkan padanya tentang nasib yang hampir menjadikan tubuhku tinggal tulang belulang. Aku sangat terkejut ketika teman perempuanku itu berkata: “Kamu tahu Gak mengapa Tuhan tidak mempertemukanmu dengan seseorang yang amat kamu cintai itu?”
“Ndak,” jawabku sambil mengeleng-gelengkan kepala.
“Tuhan akan memberikan yang lebih baik dari pada perempuan yang kamu idamkan itu.” Kata temanku dengan suara yang semakin mengecil seraya mendekatkan wajahnya kehadapan bola mataku.
Aku terdiam usai mendengar kata-katanya yang menyentuh hati. Pikiranku mulai normal. Bahkan sepertinya lebih ganas. Tiba-tiba terlintas sebuah pertanyaan dalam pikiranku. Kenapa baru sadar kali ini bahwa Tuhan akan memberikan yang lebih baik? Bukankan masih banyak perempuan yang lebih baik di dunia ini? Bukankah Tuhan akan memberikan yang terbaik dari apa yang dianggap ‘baik’ oleh makhluknya? Mengapa aku kalah oleh perasaan cinta yang hanya didominasi oleh hati? Bukankah aku adalah lelaki yang cenderung merasionalkan dan juga melogikan problematika? Tapi mengapa kalah dengan cinta? Apakah ini salah satu kelemahanku?
Tuhan… Sudah saatnya aku bangkit dari fenomena ini. Aku tak ingin berlama-lama dengan perasaan yang tak berujung ini. Aku ingin menata kembali serpihan cita-cita yang hancur oleh ‘bom’ CINTA. Tuhan… Tolong jangan Kau kirimkan lagi bom-bom yang sama sampai aku benar-benar mencapai cita-citaku yang masih buram.
Tuhan… Aku hanya ingin menyampaikan ini kepadamu. Sebab, saat ini, tak ada lagi manusia yang dapat kuamanati. Manusia di era ‘edan’ ini lebih suka mengamanati dari pada diamanati. Lebih baik ‘mengamanatimu’, wahai Tuhanku. Karna Kau lebih mengerti dan paham dengan amanat-amanat yang kuinginkan.[roy]
Malang, Jum’at 1 April 2011 Pukul 11.17 WIB. Dalam ruang kuliah dan saat kuliah. –karna aku ingin berkarya--

Belum ada Komentar untuk "Tuhan, Aku Ingin Bercerita 2#"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel