Tuhan, Aku Ingin Bercerita 4#

“Dulu, saat aku masih berumur 8 tahunan, aku pernah beranggapan bahwa mahasiswa itu memang manusia hebat, pintar, cerdas dan lebih dewasa, hingga Soeharto bisa dilengserkan pada tahun ke 32-nya saat menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia. Tapi, kini, setelah aku menjadi mahasiswa, mengapa anggapanku dulu tak sama dengan realita yang ada?” –cak roy—


Tuhan… aku tak ingin selalu mengeluhkan kisah-kisahku padamu. Tapi kepada siapa lagi aku harus mencurahkan seluruh isi hati selain padamu? Sebab, hanya Kaulah yang tahu segala sesuatu yang akan terjadi dan yang sudah terjadi. Bahkan, Kau mengetahui dengan apa yang akan aku ketikkan sebelum aku mampu merangkai kata-katanya. Maka dari itulah aku lebih suka curhat denganmu.

Tapi, aku juga membuat kata-kata begini: ‘Sebaik-baik terman ngobrol adalah buku dan sebaik-baik teman curhat adalah pena’. Aku bikin sendiri kata-kata itu. Entah, apakah ada atau tidak kata-kata itu sebelum aku membuatnya. Yang jelas, aku merangkai kata-kata itu saat aku mandi sore hari tadi. Dan sebenarnya, aku ingin mengetik kata-kata itu di status facebook-ku. Tapi karna sudah terlanjur kuketik di sini, ya sudahlah. Biar terpajang dirangkaian kalimat dalam tulisanku ini saja.

Sebenarnya, meskipun aku tak menganggap do’a-do’aku sebagai curhatku, otomatis do’a itu terkadang mengandung sari-sari curhat yang memang murni terbentuk dari dalam hati. Tidak dibuat-buat dan tidak pula direncanakan. Tiba-tiba saja hadir dalam lantunan-lantunan do’a dengan iringan suara yang tersendat-sendat. Sesekali tetes air mata mengalir di pipi.

Kali ini, aku akan mencurhatkan kegelisahanku –untuk tidak mengatakan bahwa aku kecewa—sejak aku belajar di Universitas UIN Malang. Ya, sejak aku diterima di kampus hijau tersebut pada bulan Agustus tahun 2010 yang lalu. Aku gelisah dengan keadaan yang tak begitu menggairahkan untuk dijadikan belajar secara serius. Salah satu penyebabnya adalah lingkungannya yang amat minim dengan kegiatan-kegiatan yang pada masa perkembangan Islam diistilahkan dengan halaqah. Yaitu perkumpulan orang-orang untuk berdiskusi atau tukar pikiran.

Tak mengherankan jika kemudian aku harus mempersembahkan kutipan di atas sebagai pembukaan tulisan ini. Memang demikian kenyataan yang kulihat di kampusku. Toh, meskipun aku bukan manusia yang sempurna atau malaikat yang terlepas dari dosa, aku hanya ingin membangkitkan gairah tentang sejatinya mahasiswa sebagai manusia yang dibentuk khusus untuk menjadi orang-orang yang berpengaruh di masyarakatnya kelak.

Aku sangat merindukan suasana kampus yang hidup dengan berbagai diskusi, kajian, seminar atau paling tidak diadakan belajar kelompok, meskipun itu hanya tiga orang. Lebih baik lagi jika ternyata teman satu kelas yang satu jurusan itu dapat menghidupkan gairah keilmuan. Jika memang bisa sedemikian indanya suasana kampus, mungkin aku takkan mengutip tulisan di atas untuk mengawali tulisanku kali ini. Tapi, itu hanyalah impianku belaka. Apalah artinya sebuah konsep jika tak diaplikasikan. Apalah artinya mobil bagus dan mahal jika ujung-ujungnya hanya sebagai pajangan rumah; tak ada manfaat. Tapi impianku untuk menjadikan kampus itu hidup tidak hanya sampai di sini saja. Jika memang tak ada yang menjadikan mimpi-mimpiku –mungkin juga kebanyakan teman-teman seangkatanku—menjadi kenyataan, maka aku sendiri yang akan menjadikan mimpi-mimpiku itu sebagai torehan sejarah. Aku akan menyejarahkan kisah ini dalam lembar-lembar kertas dengan modal api semangat. Hanya itu saja. Dan semoga Tuhan selalu menyertaiku.
Tuhan… sampai sini saja aku bercerita padamu malam ini. Aku ingin terlelap malam ini dengan mimpi-mimpi indah bersama sayap-sayap citaku. Mengantarkanku ke atas tanpa batas untuk meraih sesuatu yang terlepas. Jika ada waktu lain aku akan bercerita kembali padamu dengan cerita-cerita yang lebih menarik. Selamat malam… [roy]

Kepanjen, dalam ruang kamar yang lembab, Ahad 3 April 2011. Pukul 23.38 WIB.

Belum ada Komentar untuk "Tuhan, Aku Ingin Bercerita 4#"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel