Tuhan, Aku Ingin Bercerita 11#

Diantara adat istiadat yang masih kental di tanah Jawa ini adalah shalawatan dan tahlilan yang mengakar di kalangan nahdliyîn. Tiap malam Jum’at ritual-ritual semacam itu terdengar jelas dari corong-corong speaker mushalla dan surau, bahkan tak luput pula masjid jami’ yang terkadang sampai disiarkan melalui pesawat radio.



Lain cerita dengan di pedesaan yang sebagian besar didominasi orang-orang yang masih melestarikan da’wah ala wali songo. Tiap satu pekan satu kali dari rumah-rumah tiap perkampungan digilir untuk mendapat bagian untuk mengadakan acara tahlilan plus diba’an—istilah populer yang merupakan kata ganti dari shalawatan dan ada pula yang menyebutnya srakalan yang ditukil dari salah satu bait dalam shalawat nabi—yang diselingi dengan pembagian makanan yang masyhur dengan istilah berkat yang berarti makanan yang berbarokah.

Cerita yang sama juga kualami. Sudah tiga kali ini, tiap malam Jum’at, aku bisa mengikuti rutinitas diba’an di mushalla samping rumahku. Saat mengikuti acara diba’an tadi malam, aku merasakan perbedaan dengan masa kecilku dulu. Memang, diba’an di mushallaku tadi malam dihadiri sekitar 7 orang dewasa dan 15 anak-anak yang mengaji di mushalla tersebut, namun suasana telah berubah. Tak sama dengan apa yang kualami sejak usiaku 5 tahun hingga 11 tahun.

Jika kuingat-ingat kembali masa laluku, ketika pembacaan diba’, anak-anak kecil yang kebetulan mengaji di mushalla itu sangat antsusias sekali untuk melantunkan shalawat dengan suara yang lantang. Sesekali menegadahkan tangan ke atas sembari berdo’a sok khusyuk yang terkadang dianggap lelucon oleh teman yang lain. Tapi, itulah diantara keunikannya. Barisan pembacaan diba’iyah itu melingkar dan rapat. Tidak seperti tadi malam yang jaraknya berjauh-jauhan. Anehnya, justru merapat ke pinggir-pinggir tembok. Di sisi lain, gurauan anak-anak kecil menambah kurangnya gairah diba’an.

Tak dapat dielakkan bahwa jaman sudah berubah. Pergaulan anak-anak kecil saat ini juga tak sama seperti dulu. Entah bagaimana nasib generasi bangsa di masa mendatang. Utamanya generasi dari kalangan Islam yang sejatinya adalah benteng Islam. Jika saat ini anak-anak kecil tak diajari tentang Islam, sejarah Islam ataupun sejarah Nabinya, bagaimana akan meneladani dan bersikap secara Islami?

Tahlilah ataupun shalawatan, selain untuk meningkatkan nilai pahala dan merefleksi kehidupan baginda Nabi Muhammad saw., juga memiliki hikmah untuk menjalin persaudaraan sesama muslim. Dampak yang ditimbulkan bukan hanya untuk saat duduk bersama dalam majelis dengan keakraban senyum sapa saja, tapi juga persatukan ukhuwah Islamiyah yang pada saat ini hampir memudar.

Kalau boleh jujur, jika ada dua pemilihan untuk mengikuti antara diba’iyah dengan chatingan di facebook, kebanyakan akan memilih untuk chatingan dari pada shalawatan yang juga berlandaskan untuk menjalin silaturrahmi. Tapi apakah dengan chatingan tersebut akan berdampak pada titik temu tiga manfaat; pahala, merefleksi Sirah Nabawiyah dan menjalin Ukhuwah Islamiyah? Tentu tidak. Dapat dipastikan tidak akan bisa.

Untuk itulah, telepas dari pemahaman orang-orang yang mengatakan bid’ah, tulisan ini, penulis ketik untuk merenungi kembali bahwa pilar-pilar umat Islam di Indonesia masih terpelihara oleh tradisi-tradisi yang mengakar kuat di masyarakat tradisional. Bahwa upaya merusak Islam lewat pemikiran tak begitu besar dampaknya di masyarakat. Betapapun derasnya kucuran pemikiran nyleneh, masyarakat tradisional masih memiliki hati nurani yang dapat menimbang bobrok tidaknya pemikiran yang merusak Islam.

Namun, yang perlu dipertanyakan saat ini adalah generasinya. Apakah masih ada di masa mendatang generasi yang sealur dengan kondisi masyarakat tradisional saat ini? Bagaimana nasib generasi selanjutnya? Masihkah akan menjaga adat-kebiasaannya? Bahwa jargon Muhafadzoh alal qadîm as shalih wal akhdu bil jadîd al ashlah masih relevan dan akan terus menantang jaman. Wallahu a’lam.[roy]

Kepanjen, ruang tengah rumah. Jum’at 15 April 2011, pukul 10.04 WIB

Belum ada Komentar untuk "Tuhan, Aku Ingin Bercerita 11#"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel